RSS
email
0


TERJERUMUS+



Suatu ketika di sebuah kerajaan, diadakan sayembara yang isinya :
" Barang siapa yang sanggup menyeberangi sungai ini dengan selamat saya akan nikahkan 
dengan putri saya dan diberikan harta yang berlimpah"
akan tetapi sungai tersebut berisi binatang buas, seperti : buaya, ikan piranha, ular dll yang sedang kelaparan serta siap menerkan mangsa.

Akan tetapi karena hasil dari sayembara tersbut memberikan permaisuri yang cantik dan kekayaan yang berlimpah, maka banyak rakyat dan  peserta yang ikut dan saking heboh acara tersebut penonton pun berdesakan untuk menyaksikannya. 

Ketika sayembara tersebut dimulai, semua peserta mulai terjun ke sungai untuk mencoba menyeberangi sungai.
Banyak peserta yang berdarah-darah, meninggal maupun compang camping di terkam binatang buas.
penonton pun pada histeris melihatnya, ada yang mengumpat "sukurin kamu, siapa suruh nekat, sudah tau 
isi sungai binatang buas kok nyemplung aja". ada juga yang bersedih, ada yang berdoa supaya ada peserta yang bisa selamat menyeberang.

Dari ratusan peserta ternyata hanya ada satu peserta yang berhasil menyeberang dengan kondisi tubuh berdarah-darah. sambil nafas terengah-engah pemuda tersebut mencoba berdiri dan bangkit dari sisi sungai tujuan. kemudian ada seseorang menteri kerajaan bertanya kepda pemuda tersebut "wahai pemuda bagaimana cara supaya anda berhasil sampai menyebernag sungai ini?"
pemda tersbut pun menjawab sambil terengah-engah "saya juga bingung, siapa yang mendorong saya terjun ke sungai ini?"

Dari cerita tersebut, meengilustrasikan bahwa kadang kala dalam kehidupan entah siapa yang mendorong kita berada di kondisi atau profesi tertentu yang bisa menjadikan kita sukses atau berhasil yang pada awalnya berawal dari coba-coba, tanpa persiapa, tanpa perencanaan tetapi dengan usahadan penh ketekunan tanpa diduga kita bisa. sehingga jangan pernah berhenti mencoba sesuatu yang baru dan tetaplah berusahan dan diimbangi dengan doa tentunya. 

Read more
2

Cara Instal Matlab 7 pada Windows 7

Cara Instal Matlab 7 pada Windows 7


Apabila anda memiliki masalah dalam instalasai Matlab di windows 7,  berarti anda memiliki masalah yang ama dengan yang pernah saya alami. Jangan khawatir karena matlab 7 bisa berjalan normal pada windows 7.
MatLab 7 memang tergolong software lama, namum masih memiliki fungsi dan kinerja yang baik. Fungsi yang dimilikinyapun tak kalah dengan versi yang terbaru, jadi jangan buru-buru mengeluarkan uang untuk mengupdate software ini. Karena MatLab 7 adalah software yang keluar sebelum Windows 7, maka MatLab 7 kurang kompatibel dengan Windows 7. MatLab 7 akan mengeluarkan pesan eror saat dijalankan dan sama sekali tidak bisa dibuka. 


Ini Dia nie cara mengatasi eror MatLAb 7 pada Windows 7 :
Cara 1 : Ganti Tema Windows 7
Rubah tema Windows 7 menjadi Clasic, setelah itu jalankan MatLab 7. Pesan eror akan menghilang dan program berjalan dengan lancar. Jika tidak suka dengan tema clasic bisa mengikuti cara yang kedua.

Cara 2 : Update JRE
  1. Instal MatLab 7 (instal secara default).
  2. Instal  Java Terbaru (saya menggunakan Java 6 update 21, instal secara default).
  3. Buka ”C:/Program Files/Java”, setelah itu copy folder “jre6″.
  4. Buka ”C:/MATLAB7/sys/java/jre/win32″, kemudian klik paste (copykan folder “jre6″ pada direktori ini).
  5. Buka “C:/MATLAB7/sys/java/jre/win32″, lalu edit file “jre.cfg” menggunakan notepad, hapus semua isinya dan ganti dengan angka “6″ (tanpa petik). NB : Jika menggunakan “jre6″ makan ganti dengan angka “6″, jika menggunakan versi lain bisa disesuaikan.
  6. Jalan MatLab 7
Jika Tidak Bisa Mengedit File “jre.cfg”
  1. Buka “Star>All Programs>Acessories>Notepad”.
  2. Klik kanan “Notepad” dan pilih “Run as Administrator”.
  3. Setelah itu buka file “jre.cfg” dengan “Notepad” dan edit sesuai cara di atas.
Jika Masih Tidak Bisa
  1. Masuk ke “Safe Mode”, caranya adalah saat komputer akan hidup tekan “F8″.
  2. Pilih “Safe Mode with Comand Prompt”.
  3. Setelah muncul jendelan “CMD”, ketikan “Explorer” (tanpa petik).
  4. Buka file “jre.cfg” dengan “Notepad” dan edit sesuai cara di atas.
Cara terakhir (Pamungkas)
1. Ganti windows 7 anda dengan windows XP atau windows turunan sebelumnya. (Hehehe)
saking jenkelnya gan...


SELAMAT MENCOBA....
 
Read more
0

GIS (Geografis Information System)

Pengertian SIG

Pernahkah Anda sebelumnya mendengar atau membaca istilah SIG? Sebagai awal pemahaman beberapa orang pakar telah mencoba memberikan definisi mengenai SIG ini.
Tetapi bila disimak, definisi tersebut satu sama lain saling melengkapi dan memiliki pengertian yang hampir sama.
Berikut ini, beberapa definisi SIG menurut para ahli:
1. Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

2. Menurut Barrough, 1986.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
3. Menurut Marble et al, 1983.
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
4. Menurut Berry, 1988.
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.
5. Menurut Calkin dan Tomlison, 1984.
SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.
6. Menurut Linden, 1987.
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

7. Menurut Petrus Paryono.
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi. 

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan manipulasi informasi-informasi geografis. SIG diciptakan untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek atau fenomena dimana lokasi geografis menjadi karakteristik atau kritik penting untuk analisis. SIG adalah sistem yang berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografis dalam (a) masukan data, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) manipulasi dan analisis, (d) keluaran Arronoff (1989). Menurut Depkes (2006a) SIG merupakan paket perangkat keras dan lunak komputer, data geografis dan personil yang didesain untuk menghimpun, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan berbagai bentuk informasi dengan referensi geografis. SIG merupakan paket perangkat komputer berdasarkan sistem untuk memasuki, menyimpan, analisis, memperagakan dan mempertunjukkan data yang disesuaikan, yang dapat digunakan secara interaktif untuk pengambilan keputusan, pengembangan dari SIG penting untuk penanganan data lingkungan yang diperoleh dari satelit dan dapat meramalkan kejadian penyakit, SIG terdiri dari sistem kartografi, sistem digitasi peta, sistem manajemen database, sistim analisis ilmu bumi, sistem pengolahan citra dan sistem analisis statistik (Thomson, 1996).

b. Subsistem dan Komponen SIG
1) Subsistem SIG
a). Masukan data (input), fungsi subsistem ini yaitu mengumpulkan, mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Data yang digunakan harus dikonversi menjadi format digital yang sesuai, contoh: peta, tabel, laporan, pengukuran lapangan, foto udara, citra satelit, pustaka, dan lain-lain.
b). Manajemen data (Penyimpanan dan Pemanggilan), fungsi subsistem ini adalah untuk pengorganisasian data (spasial dan atribut) dalam sebuah basisdata. Data base, model base, formula-formula standart yang digunakan. Database Management System (DBMS) untuk membantu menyimpan, mengorganisasi, dan mengelola data.
c). Analisis dan manipulasi data, fungsi subsitem ini adalah manipulasi dan pemodelan untuk menghasilkan informasi baru. Salah satu fasilitas analisis yang banyak dipakai adalah analisis tumpang susun peta (overlay).
d). Keluaran (output), fungsi subsistem ini adalah penyajian hasil berupa informasi baru atau basisdata yang ada baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk peta, tabel, grafik, visualisasi multimedia, dinamik/audiovisual, e-atlas dan lain-lain

2). Komponen SIG
Sistem informasi meliputi software, hardware dan data. Software merupakan perangkat lunak dalam komputer untuk mengolah data yang berasal dari perangkat keras (hardware), yang biasanya digunakan untuk penelitian sistem lingkungan adalah Map Info, Epi Info dan Arcview, software ini memiliki kriteria sebagai berikut:
  1. Data base dalam bentuk format digital (berasal dari hardware)
    1. Data yang digunakan merupakan data yang dapat diterjemahkan secara geografis seperti koordinat lintang dan bujur.
    2. Dapat diinterprestasikan dalam bentuk peta digital.
    3. Peta digital yang diolah dapat memperlihatkan dalam skala kecil (jalan raya, blok perumahan).
    4. Peta dapat diolah dalam beberapa layer.
    5. Data dari berbagai layer dapat saling dibandingkan dan dipilih untuk dianalisis.
    6. Dapat digunakan untuk mengukur jarak, melihat area, dan melihat kejadian dalam batas tertentu
Menurut Thomson (1996), kosep database SIG terdiri dari: organisasi sebagai suatu rangkaian dari peta-peta, penyimpanan data atribut yang terhubung dengan data ruang, geo referensi semua file data SIG (spasial seperti digambarkan dalam suatu sistem koordinat yang dikenal dengan lat/long).

Komponen SIG terdiri dari:
a). Perangkat keras (hardware)
Komputer (komputer tunggal, komputer jaringan dengan server, jaringan global internet) dan periperalnya merupakan komponen yang harus tersedia. Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras : pemasukan data, pemrosesan data, dan penyajian hasil, serta penyimpanan (storage).

b). Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak yang mempunyai fungsi untuk penyimpanan, analisis, dan tampilan informasi geografis. Persyaratan yang penting harus dipenuhi software SIG, adalah :
- merupakan Database Management System (DBMS)
- Fasilitas untuk pemasukan dan manipulasi data geografis
- Fasilitas untuk query, analisis dan visualisasi
- Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah akses fasilitas yang ada.

c). Data (Data)
Data merupakan komponen yang penting dalam SIG. Akurasi data terutama data input dituntut dalam SIG agar menghasilkan data output yang baik pula.

d). Sumberdaya Manusia (people)
Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuannya jika tidak ada sumberdaya yang mengelola sistem dan mengembangkan untuk aplikasi yang sesuai. Pengguna dan pembuat sistem harus saling bekerjasama untuk mengembangkan teknologi SIG.

e). Metode (methods)
Model dan teknik pemrosesan perlu dibuat untuk berbagai aplikasi SIG. Hardware merupakan perangkat keras pengolah data, yang biasa dipakai berupa komputer dengan spesifikasi tertentu beserta alat bantu lainnya. Data berupa koordinat lintang dan bujur dari suatu tempat dapat diperoleh dengan penggunaan Global Positioning System (GPS). GPS digunakan untuk mendapatkan beberapa data pada tempat tertentu di lapangan (real-time).

Data geografis yang bisa didapatkan dari GPS yaitu koordinat lintang dan bujur, ketinggian, lokasi atau wilayah (negara dan kota), arah mata angin, posisi terhadap poin yang lain dan kecepatan gerak dari pengguna. Database geografis lain yang digunakan adalah peta lengkap dengan topografi, akses jalan, drainase air, curah hujan, sedangkan data non geografis bisa meliputi data atribut dari rekam medis.
Read more
0

Activity-Based Costing (ABC)


Activity-Based Costing (ABC)
A. Distorsi Biaya
Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing, yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang dilakukan untuk membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity Based Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume produk, melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian sumber daya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam membuat produk tersebut.
Pemilihan aktivitas-aktivitas dan pemicu-pemicu biaya secara hati-hati merupakan kunci untuk memperoleh manfaat dari sistem Activity Based Costing. Analytic Hierarchy Process merupakan salah satu metodologi yang mampu menangani kriteria keputusan yang banyak dan konsisten untuk menentukan pemicu-pemicu biaya dalam Activity Based Costing. Analytic Hierarchy Process mampu membantu kekonsistenan munculnya problem-problem pemilihan pemicu biaya dengan kriteria keputusannya yang dinyatakan secara subyektif berdasarkan pada pengalaman manajerial. Penelitian yang membandingkan pembebanan biaya produksi tak langsung metode traditional costing dengan metode Activity Based Costing pada Divisi Produksi PT. Arka Footwear Indonesia ini menunjukkan bahwa dua dari tiga produk yang dibuat perusahaan tersebut (Neckerman dan Osh Kosh B'Gosh) mengalami distorsi undercosting masing-masing sebesar Rp. 30,- dan Rp. 485,-. Sedangkan produk lainnya (Adidas) mengalami distorsi overcosting sebesar Rp. 3.048,-. Distorsi biaya yang terjadi disebabkan karena metode traditional costing terlalu rendah mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk produk Neckerman dan Osh Kosh B'Gosh, dan terlalu tinggi mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk produk Adidas.
Hal ini disebakan karena metode traditional costing hanya menggunakan satu jenis pembebanan biaya yang sama untuk setiap produk yang dihasilkan. Dengan metode Activity Based Costing dapat ditelusuri aktivitas apa saja yang dikonsumsi produk tersebut, sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang sebenarnya.

B. Pengertian ABC (Activity Based Costing)
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi.

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah :
“Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama.”
Sedangakan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut :
ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.”

Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999: 321) sebagai berikut :
“Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.”

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47) adalah:
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.”
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) sebagai berikut:
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1.      Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2.      Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3.      Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy

Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
a.       Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi.
b.      Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.
c.       Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.

Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a.       Facility sustaining activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
b.      Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
c.       Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin.
d.      Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

C. Pembebanan dua tahap dalam ABC
Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270).
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.


b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.

c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.

d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.

3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.

4. Menentukan tarif/unit Cost Driver
Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriverfitasJumlahAkti

b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih

Pengenalan Pembiayaan Berdasarkan Aktifitas (Activity Based Costing System – ABC System)

 Sebagaimana aktifitas manufaktur makin terus diotomasi dan tekanan persaingan internasional makin tinggi, banyak perusahaan manufaktur memperkenalkan sistem pembiayaan produk yang lebih lengkap. Walaupun overhead departmental yang telah dibagi-bagi per departemen memberikan biaya produk yang lebih akurat daripada overhead yang secara keseluruhan, masih dimungkinkan untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi dengan memfokuskan kepada banyak aktivitas yang mempengaruhi proses produksi. Dalam sistem pembiayaan berdasarkan aktifitas (ABC system), dua tahap alokasi proses tetap digunakan. Tapi bukannya memasukkan overhead hanya pada department pada tahap 1, overhead tersebut diberikan pada lebih banyak pos yang melambangkan aktifitas dalam proses produksi. Aktifitas ini berbeda-beda dalam tiap perusahaan, tapi dapat dijabarkan sebagai contoh seperti berikut ini: dukungan engineering, penanganan bahan baku, set up mesin, penjadwalan produksi, inspeksi, penerimaan, pengiriman dan pembelian.

Setelah memasukkan biaya pada pos aktifitas di tahap 1, driver biaya dididentifikasikan sesuai pos tersebut. Kemudian pada tahap 2 biaya overhead dialokasikan dari setiap aktifitas  secara proprosional sesuai aktifitas yang dilakukan untuk setiap pekerjaan. Misalnya berapa jumlah inspeksi bisa menjadi angka yang menentukan jumlah overhead dari aktifitas inspeksi pada berbagai pekerjaan produksi. Jika pekerjaan A memerlukan 2 kali inspeksi lebih banyak daripada  daripada pekerjaan B maka jumlah biaya overhead dari inspeksi pun akan menjadi 2 kali lebih banyak.
Gambar 3-13 menunjukkan alokasi proses 2 tahap dalam ABC system. Peningkatan akurasi pembiayaan dalam sistemini datand dari tahap 1 yaitu menidentifikasi sejumlah pos aktifitas  dan 2 penentuan angka driver untuk setiap aktifitas.
Tren saat ini yang menggunakan lingkungan produksi yang sangat otomatis adalah menggunakan angka driver yang tinggi untuk penentuan overhead. ABC system makin banyak digunakan sebagaimana para manajer melihat kepentingan strategis untuk mendapatkan informasi biaya yang akurat. ABC system relatif baru dan sangat penting dalam pembahasan manajemen akuntansi. 


D. ABC pada perusahaan jasa
Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa.
Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992), karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu:

1) Output seringkali sulit didefinisi
2) Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi
3) Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing pada bisnisnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada perusahaan jasa adalah:


1) Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien.
2) Spesial Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
3) Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan
Read more
 

Friends

ON-LINE